Fungsi Ovarium dan Masalah yang Bisa Terjadi
Ovarium adalah organ reproduksi di mana sel telur disimpan. Gangguan fungsi pada ovarium dapat membuat wanita sulit hamil.
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin yang merupakan organ reproduksi utama pada wanita. Organ ini berperan penting dalam proses reproduksi dan produksi hormon wanita.
Wanita memiliki sepasang ovarium yang terletak di sisi kanan dan kiri rahim. Organ ini juga terletak dekat dengan tuba falopi atau saluran telur. Beberapa ligamen “memegang” ovarium agar tetap pada posisinya, di suatu lokasi yang disebut dengan fosa ovarika.
Ovarium normal memiliki panjang 3,5 cm, lebar 2 cm, dan ketebalan 1 cm. Ini kurang lebih sebesar bola golf. Volumenya berubah seiring dengan bertambahnya usia. Di usia 2 tahun, volume ovarium rata-rata 0,7 ml. Di usia 20 tahun, volume ovarium mencapai puncaknya, yakni sekitar 7,7 mL. Setelah ini, volume ovarium akan menyusut secara bertahap hingga sekitar 2,8 mL saat menopause.
Secara mikro, ada tiga komponen utama dalam ovarium:
- Bagian permukaan, yang dibentuk oleh sel epitel kuboid sederhana atau disebut sel epitel germinal. Surface – formed by simple cuboidal epithelium (known as germinal epithelium). Di bawah lapisan ini terdapat jaringan ikat padat yang membentuk kapsul.
- Korteks, yang terdiri dari jaringan ikat dan sejumlah folikel ovarium. Setiap folikel mengandung sebuah oosit (ovum) atau sel telur, dan dikitari oleh selapis sel folikular. Folikel-folikel sel telur ini ada dalam berbagai ukuran dan tingkat kematangan.
- Medula, yang dibentuk oleh jaringan ikat longgar dan mengandung pembuluh darah dan persarafan ovarium. Nama lain bagian ini adalah hilus.
Fungsi Ovarium
Ovarium memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1. Menampung dan melindungi sel telur wanita yang sudah ada sejak lahir hingga siap untuk digunakan. Wanita terlahir dengan sekitar 1 juta sel telur pada setiap ovariumnya. Sel-sel telur ini mulai berkembang saat janin masih berada di dalam kandungan. Saat pubertas, di mana wanita mengalami haid pertamanya, jumlah sel telur menurun hingga sekitar 200.000-400.000. Selama usia reproduksi atau usia subur, kurang lebih 300-500 sel telur akan dilepaskan melalui proses ovulasi. Setelah menopause, ovarium akan berhenti melepaskan sel telur dan mengalami atrofi (menyusut/mengecil).
2. Memproduksi hormon reproduksi wanita, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa hormon lain, seperti relaksin, inhibin, dan hormon Anti-Mullerian (AMH) juga diproduksi ovarium. Fungsi masing-masing hormon adalah sebagai berikut:
- Estrogen berfungsi dalam perkembangan seks sekunder seperti pertumbuhan payudara, panggul yang membesar, dan dalam siklus menstruasi/reproduksi bersama progesteron. Kadar keduanya harus seimbang agar fungsi reproduksi berjalan normal.
- Relaksin berfungsi untuk melemaskan ligamen-ligamen di dalam panggul sehingga mampu meregang saat melahirkan.
- Inhibin mencegah kelenjar pituitari di otak memproduksi hormon yang memengaruhi produksi estrogen/progesteron di ovarium.
- AMH adalah hormon yang berperan dalam perkembangan struktur organ reproduksi wanita. Hormon ini menjadi penting di masa reproduksi. Kadarnya bermanfaat untuk menentukan potensi pematangan sel telur yang tersisa (cadangan ovarium) pada seorang wanita dan kemungkinannya untuk hamil.
3. Melepaskan sel telur pada setiap siklus haid melalui proses yang disebut dengan ovulasi. Setiap folikel di dalam ovarium mengandung sel telur yang tidak aktif (dorman). Sel-sel telur ini akan menjadi matang ketika ada stimulasi oleh Follicle-stimulating hormone (FSH), yang dilepaskan oleh kelenjar pituitari di otak. Setelah matang, hormon lain yakni Luteinizing Hormone (LH) akan memicu ovulasi atau pelepasan sel telur ke tuba falopii (saluran telur) terdekat. Diameter folikel yang matang dapat mencapai 30 mm.
Gangguan ovarium dan infertilitas
Setiap kondisi medis yang memengaruhi fungsi ovarium dapat menurunkan kesuburan wanita. Secara umum, ada 3 kelompok besar gangguan pada organ ini yang dapat memicu infertilitas.
Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi seperti ovulasi yang jarang (oligoovulasi) atau tidak ada (anovulasi) menyebabkan infertilitas oleh karena sel telur tidak selalu ada untuk dibuahi setiap bulannya. Wanita dengan siklus haid teratur (terjadi setiap bulan) dan disertai molimina (nyeri payudara, nyeri haid, atau perut kembung) biasanya mengalami ovulasi. Bila kedua hal ini tidak teratur atau tidak ada, mungkin terdapat kehamilan atau kondisi-kondisi yang mendasari gangguan ovulasi. Beberapa penyebab yang mungkin adalah:
Gangguan fungsi hipotalamus-hipofisis primer
Kondisi ini adalah gangguan produksi dan fungsi hormon dalam kelenjar otak, yang pada gilirannya memengaruhi produksi estrogen dan progesteron di ovarium. Ini dapat disebabkan oleh:
- Baru mulai mengalami haid atau memasuki masa perimenopause. Ini merupakan hal yang normal.
- Olahraga atau aktivitas fisik yang sangat intens/berlebihan.
- Adanya gangguan makan berat seperti anoreksi nervosa atau bulimia.
- Stres psikologis.
- Hipogonadotropik hipogonadisme primer, yakni kurang berkembangnya kelenjar kelamin karena gangguan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus otak.
- Hiperprolaktinemia atau berlebihnya kadar hormon prolaktin.
- Amenorea laktasi, yakni tidak mengalami haid akibat proses menyusui. Ini pun merupakan hal yang normal.
- Terdapat tumor, cedera, atau radiasi pada area pituitari atau hipotalamus otak.
- Sindrom Kallman atau sindrom Sheehan.
- Hipofisitis limfositik (kelainan autoimun).
Gangguan atau penyakit
- Polycystic ovary syndrome (PCOS).
- Kelainan tiroid, baik hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid) maupun hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid).
- Tumor yang memproduksi hormon pada ovarium atau kelenjar adrenal (anak ginjal).
- Penyakit hati atau ginjal kronis.
- Penyakit Cushing.
- Hiperplasia adrenal kongenital.
- Premature ovarian failure (kegagalan ovarium dini), yang bisa disebabkan oleh faktor autoimun, genetik, pembedahan, atau berhubungan dengan penggunaan obat-obatan dan radioterapi.
- Sindrom Turner.
- Sindrom insensitivitas androgen.
Penggunaan obat-obatan/hormon
- Kontrasepsi kombinasi yang mengandung estrogen dan progestin.
- Kontrasepsi progestin.
- Obat antidepresi dan antipsikotik.
- Kortikosteroid.
- Agen kemoterapi.
Penuaan sel telur
Usia merupakan faktor penting dalam hal kesuburan wanita. Menurunnya tingkat reproduksi dengan penuaan kemungkinan berkaitan dengan penurunan kuantitas dan kualitas sel telur.
Di tengah kehamilan, jumlah folikel yang mengandung sel telur mencapai puncaknya, yakni sebanyak 6-7 juta folikel. Saat lahir, jumlah ini menurun hingga 1-2 juta folikel, dan ‘tinggal’ 300.000 folikel di permulaan pubertas. Laju penurunan jumlah folikel ini semakin cepat ketika wanita mencapai pertengahan usia 30-an, yakni 35 tahun ke atas. Adanya ‘gangguan’ lain pada ovarium seperti akibat merokok, radioterapi, kemoterapi, dan penyakit autoimun juga mempercepat penurunan jumlah folikel.
Meski demikian, wanita dengan jumlah folikel sel telur yang sedikit dapat terus berovulasi secara teratur. Infertilitas terjadi karena kualitas sel telur yang buruk. Hilangnya kualitas sel telur ini diperkirakan terjadi karena kerusakan sel-sel germinal yang terakumulasi selama kehidupan atau adanya perubahan terkait usia dalam kualitas sel dan jaringan yang mengelilingi sel telur.
Kista ovarium
Meski kerap disebut menyebabkan infertilitas, hingga kini belum jelas diketahui apakah kista ovarium kecil (berukuran <3-6 cm) ataukah efek pembedahan pada kista ovarium tersebut yang memengaruhi perkembangan folikel sel telur pada ovarium.
Kesimpulan
Pada dasarnya, ovarium yang fungsional penting untuk mempertahankan kesuburan sekaligus menjaga keseimbangan hormon di masa reproduksi. Gangguan pada organ ini akan secara langsung menurunkan peluang terjadinya kehamilan akibat tidak adanya sel telur yang dilepaskan atau kualitas sel telur yang buruk.
0 komentar:
Posting Komentar